Penanganan Stunting
Tahukah kamu bahwa satu dari tiga balita Indonesia menderita stunting? Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Selain faktor gizi, stunting juga dapat disebabkan karena buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan. Lalu, bagaimana cara penanganan stunting?
Dampak Stunting
Dampak yang timbul akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi pada usia 0-2 tahun bersifat irreversible (tidak dapat diperbaiki). Hal ini dapat memengaruhi kualitas hidup jangka panjang seorang anak. Stunting akan berdampak pada perkembangan otak, kemampuan kognitif, dan prestasi sekolah anak di kemudian hari.
Selain itu, stunting juga berhubungan dengan penurunan kemampuan oksidasi lemak sehingga dapat menyebabkan risiko obesitas dan penyakit-penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.
Bagaimana Prosedur Penanganan Stunting?
Stunting merupakan masalah kesehatan yang kompleks, oleh karena itu, dibutuhkan tatalaksana medis (penanganan stunting) sesuai kondisi, diantaranya yaitu:
1. Tatalaksana Gizi, Aktivitas Fisik, dan Durasi Tidur
Tata laksana stunting dilakukan oleh dokter spesialis anak di fasilitas kesehatan tingkat lanjut yang meliputi tiga aspek yaitu:
- Tata laksana gizi dengan pemberian makan yang benar dan energi cukup.
- Jadwal tidur teratur dengan waktu tidur malam mulai pukul 21.00, agar dapat mencapai deep sleep pada pukul 23.00-03.00.
- Melakukan olahraga/aktivitas fisik teratur paling tidak 30-60 menit, minimal 3-5 hari dalam seminggu.
2. Tatalaksana pada Bayi Prematur dan Bayi KMK
Bayi BBLR dan prematur harus dirujuk dan ditatalaksana oleh dokter spesialis anak. Bayi prematur membutuhkan protein dan mineral yang lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan. Oleh karena itu, Human Milk Fortifier (HMF) ditambahkan untuk meningkatkan kandungan zat gizi dalam ASI.
Penambahan tinggi badan akan terjadi jika balita mencapai 85% berat badan idealnya menurut tinggi badan saat itu (BB/TB). Pada balita dengan riwayat Kecil Masa Kehamilan (KMK), dokter biasanya akan merekomendasikan pemberian hormon pertumbuhan (growth hormones).
3. Imunisasi pada Bayi dan Balita Stunting
Anak stunting lebih rentan terhadap infeksi. Pemberian imunisasi dan booster-nya diindikasikan pada semua kasus stunting dan imunisasi perlu dipastikan kelengkapannya sesuai usia. Kelengkapan imunisasi pada stunting sesuai usia akan memberikan kekebalan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
4. Stimulasi Perkembangan
Anak stunting yang mengalami keterlambatan perkembangan, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dan intervensi multidisiplin termasuk program rehabilitasi medis. Tata laksana tumbuh kembang akan dilakukan melalui pemberian stimulasi sesuai usia dan kemampuan anak untuk dikombinasikan dengan tata laksana gizi.
5. Tatalaksana Penyakit Penyerta
Jika ada penyakit penyerta yang menyebabkan atau memperparah kondisi stunting, pengobatan diberikan sesuai dengan penyakit penyerta yang ada.
Kesimpulan
Stunting memerlukan penanganan yang baik dan komprehensif dari para ahli. Jadi, mari lakukan penanganan stunting dengan cara segera ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang sesuai sebelum terlambat!