Today:Monday, 23 December 2024
mastitis atau peradangan pada payudara wajib diwaspadai

Mastitis – Peradangan Payudara yang Harus Ibu Waspadai

Mastitis

Mastitis merupakan salah satu masalah yang paling sering dialami oleh ibu menyusui. Meskipun demikian, ternyata mastitis juga dapat terjadi pada wanita yang tidak menyusui dan juga pada pria loh, kok bisa? Yuk kita bahas bersama!

Apa Itu Mastitis?

Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara yang terkadang melibatkan infeksi. Peradangan ini dapat menyebabkan nyeri payudara, pembengkakan, demam, dan kemerahan. 

Apa Penyebab Mastitis?

Mastitis yang sering terjadi pada ibu menyusui dapat disebabkan oleh penumpukan Air Susu Ibu (ASI). Namun, wanita yang tidak menyusui juga dapat terkena mastitis, begitu juga dengan pria, beberapa kemungkinan penyebabnya yaitu:

a. Merokok

Racun yang ditemukan dalam tembakau dapat merusak jaringan payudara sehingga dapat menimbulkan peradangan payudara (mastitis).

b. Cedera pada Puting 

Cedera di area puting akibat tindik atau kondisi kulit seperti eksim dapat menyebabkan mastitis.

c. Implan Payudara

Mastitis merupakan salah satu komplikasi dari prosedur operasi payudara seperti pada tindakan implan payudara. Tindakan penambahan volume pada jaringan payudara ini sangat rentan menimbulkan peradangan atau infeksi. 

d. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah 

Wanita dengan diabetes, penyakit kronis, AIDS, atau gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya lebih rentan mengalami mastitis. 

e. Mencukur atau Mencabut Rambut di Sekitar Puting

Trauma fisik yang dapat muncul ketika mencukur atau mencabut rambut di sekitar puting dapat menimbulkan peradangan. 

Tanda dan Gejala Mastitis

Beberapa tanda dan gejala mastitis diantaranya yaitu:

  1. Area bengkak pada payudara yang terasa panas dan nyeri saat disentuh
  2. Teraba benjolan atau area keras di payudara
  3. Rasa sakit yang membakar (dapat menetap atau hanya muncul saat menyusui)
  4. Keluar cairan dari puting susu, mungkin berwarna putih atau mengandung bercak darah
  5. Gejala seperti flu (nyeri, demam, menggigil, kelelahan)

Do and Don’t Mastitis

Berikut adalah beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan jika kamu mengalami mastitis:

Do

  • Jika sedang menyusui, teruskan menyusui kapan pun bayi mau. Ibu juga dapat menawarkan bayi untuk menyusu atau memompa payudara dengan tangan jika terasa penuh atau tidak nyaman. 
  • Saat menyusui, pastikan posisi dan perlekatan bayi benar. Mintalah kepada tenaga kesehatan untuk mengajari ibu teknik menyusui yang benar.
  • Kompres payudara dengan air hangat (atau mandi dan berendam air hangat), dapat membantu ibu lebih rileks dan memperlancar aliran ASI sehingga penyumbatan berkurang. 
  • Kompres air dingin dapat membantu meredakan nyeri.
  • Konsumsi makanan bergizi, minum cukup air dan istirahat.
  • Minum paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi nyeri dan demam sesuai anjuran dokter.

Don’t

  • Jangan menggunakan pakaian yang ketat atau bra hingga kamu merasa lebih baik.
  • Jangan sembarangan mengkonsumsi aspirin tanpa saran dari dokter.
  • Jangan memompa ASI lebih dari kebutuhan bayi untuk menghindari bendungan (karena produksi ASI sesuai dengan permintaan/kebutuhan bayi, pompa payudara jika memang terasa sangat penuh/tidak nyaman saja).
  • Jangan mengoleskan minyak, rendaman, atau krim ke payudara

Kapan Harus ke Dokter?

Segera ke dokter apabila gejala yang kamu rasakan tidak membaik dalam 12-24 jam setelah dilakukan penanganan awal di rumah. Apabila gejala tidak membaik dalam 48 jam, maka dokter akan meresepkan antibiotik. Periksakan diri ke dokter apabila kamu mengalami mastitis, tetapi tidak sedang menyusui. 

Kesimpulan 

Mastitis umumnya dialami oleh ibu menyusui karena adanya bendungan payudara yang tidak segera diatasi. Namun, mastitis juga dapat dialami oleh wanita yang tidak menyusui mau pun pria. Mastitis dapat terjadi di salah satu payudara saja atau keduanya. Penanganan awal mastitis dapat dilakukan di rumah. 

Segera periksakan diri ke dokter, apabila tanda dan gejala yang kamu alami tidak segera membaik dengan penanganan awal yang telah dijelaskan di atas. 

Share