Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil – Seberapa Besar yang Normal?
Status gizi ibu saat hamil, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam perut. Salah satu indikator untuk menilai status gizi ibu selain Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu melalui lingkar lengan atas (LILA). Lingkar lengan atas ibu hamil bisa jadi patokan.
Berapa lingkar lengan atas normal pada bumil? Apa saja risiko jika lingkar lengan atas bumil kurang dari normal? Simak penjelasannya berikut!
Berapa Lingkar Lengan Atas Normal Ibu Hamil?
Ukuran lingkar lengan atas normal bagi ibu hamil sama seperti kelompok wanita usia subur, yaitu 23,5 cm.Ibu hamil yang memiliki lingkar lengan atas <23,5 cm dikategorikan mengalami Kurang Energi Kronis (KEK).
Lingkar lengan atas (LILA) adalah bagian tubuh yang jarang ikut membesar saat hamil, sehingga LILA cenderung lebih objektif untuk mengukur status gizi jika dibandingkan dengan mengukur berat badan.
Risiko LILA Kurang dari Normal
Jika seorang wanita usia subur memiliki LILA <23,5 cm, maka ia berisiko mengalami KEK saat hamil. Artinya, ia membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya dan bayi di dalam kandungannya saat hamil.
Ibu hamil dengan LILA kurang dari normal, lebih berisiko mengalami beberapa masalah berikut:
1. Bayi BBLR
Ibu dengan status gizi kurang atau kekurangan energi kronis (KEK) lebih berisiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia dan status gizi ibu berdasarkan LILA dengan jenis BBLR. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa, ibu melahirkan dalam kategori KEK, menyebabkan BBLR prematur (38,5%) dan BBLR dismatur (61,5%).
Prematur artinya bayi lahir kurang bulan (<37 minggu), namun memiliki berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan. Sedangkan dismatur artinya, bayi lahir dengan berat badan kurang dari yang seharusnya berdasarkan masa kehamilan. Dismatur sendiri dapat terjadi baik pada bayi preterm, term, dan posterm.
Artinya, ibu dengan status gizi kurang selama hamil dan melahirkan, berdampak pula pada status gizi dan berat badan bayi saat lahir.
2. Stunting
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi prioritas dunia saat ini. Stunting tak hanya menggambarkan status kesehatan, namun juga bertindak sebagai indikator kesejahteraan, pendidikan, dan pendapatan suatu negara.
Karena selain berdampak pada kesehatan, stunting juga dapat memengaruhi kecerdasan dan produktivitas seorang anak di masa depan.
Studi menunjukkan bahwa status gizi ibu memiliki dampak yang signifikan terhadap kejadian stunting. Bayi yang lahir prematur dan BBLR juga lebih berisiko mengalami stunting di usia balita.
Apa Yang Harus Dilakukan?
Apabila lingkar lengan atas ibu kurang dari 23,5 cm, ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan diantaranya yaitu:
1. Konsumsi Makanan Bergizi
Ibu hamil dengan status gizi kurang, wajib untuk menambah asupan gizinya melalui makanan yang bergizi. Selain asupan makanan sehari-hari, Kementerian Kesehatan RI juga memiliki program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu hamil dengan KEK.
PMT pada ibu hamil merupakan bentuk suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dan diformulasikan khusus, serta difortifikasi dengan vitamin dan mineral. Pada saat ANC (Antenatal Care) terpadu di puskesmas, ibu hamil dengan KEK akan dirujuk ke poli gizi untuk pemberian makanan tambahan.
Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi 2 keping biskuit pada trimester pertama dan 3 keping biskuit pada trimester kedua dan ketiga, selain makanan sehari-hari. Selain itu, pertambahan berat badan juga harus terus dikontrol selama hamil.
2. Konsumsi Suplemen sesuai Anjuran
Ibu dengan KEK, lebih berisiko mengalami anemia. Oleh karena itu, suplementasi tablet tambah darah saat hamil sangatlah penting. Konsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama hamil (1 tablet/hari).
Jika ibu merasakan gejala anemia selama hamil, sampaikan keluhan kepada tenaga kesehatan untuk membantu mengatasinya.
3. Kontrol Kehamilan secara Rutin
Kontrol hamil secara rutin dapat membantu memonitor pertambahan berat badan ibu dan deteksi dini adanya masalah selama hamil. Karena ibu dengan status gizi kurang lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, maka deteksi dini saat hamil sangatlah penting.
Pantau kondisi janin melalui USG secara berkala. Lakukan kunjungan antenatal care (ANC) minimal 6 kali selama hamil, 2x di trimester satu, 1x di trimester dua, dan 3x di trimester 3.
LILA Normal, Status Gizi Baik
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkar lengan atas ibu hamil merupakan indikator objektif status gizi ibu. Ibu dengan LILA <23,5 cm lebih berisiko mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), serta berisiko melahirkan bayi dengan BBLR dan stunting.
Perbaikan status gizi sangat penting untuk memastikan janin di dalam perut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Rekomendasi Sirka
Memastikan kesehatan selama kehamilan sangat penting bagi ibu hamil agar janin di dalam kandungannya selalu sehat dan terhindar dari masalah/penyakit.
Dokter dan nutrisionis Sirka dapat membantumu untuk menerapkan pola makan bergizi seimbang saat hamil agar kesehatan terjaga, perkembangan janin sehat dan sesuai dengan usia kandungannya, serta lancar hingga persalinan kelak. Klik tautan berikut untuk info lengkapnya!