Meskipun ada beberapa obat yang dijual bebas yang boleh dikonsumsi saat program hamil. Tapi ada beberapa obat yang harus dihindari saat program hamil. Apa saja obat yang tidak boleh diminum saat program hamil?
Kesuburan pada pria maupun wanita sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Di sisi lain, beberapa jenis obat yang dikonsumsi mungkin mengganggu kinerja hormon tersebut.
Meski efek samping mungkin segera hilang setelah penggunaan obat dihentikan, ada beberapa jenis obat yang efeknya bertahan lama sehingga butuh waktu lebih untuk mengembalikan kesuburan seperti semula.
Obat-obatan dapat mempengaruhi kemampuan tubuh wanita untuk ovulasi atau melepaskan sel telur.
Obat-obatan dapat memengaruhi produksi dari follicle stimulating hormone (FSH) atau luteinizing hormone (LH) oleh kelenjar hipofisis. Sementara pada pria, obat-obatan dapat mempengaruhi produksi sperma.
Selain itu, ada juga kelompok obat yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ reproduksi, sehingga membuat wanita susah hamil, misalnya obat kanker.
Obat-obatan yang kamu konsumsi atau hindari tetap harus dikonsultasikan ke dokter saat program hamil.
Beri tahu dokter mengenai rencana atau kondisi kehamilanmu. Dokter dapat menyesuaikan dosis obat atau memberikan obat pengganti dan obat yang tidak boleh diminum saat program hamil
Berikut merupakan jenis obat-obatan mungkin memengaruhi kesuburan dan dihindari saat program hamil.
Obat-obatan kortikosteroid (steroid) seperti kortison dan prednison terbuat dari hormon testosteron.
Jika digunakan dalam dosis tinggi oleh wanita, obat ini dapat menghambat kerja kelenjar hipofisis dalam merangsang pelepasan sel telur dari ovarium.
Obat steroid juga dapat melemahkan sistem imun. Menurunnya imun selama kehamilan bisa meningkatkan risiko penyakit infeksi hingga komplikasi berupa keguguran.
Pada pria, penggunaan steroid bertujuan untuk memproduksi hormon androgen (hormon seks pria) saat testis bermasalah. Obat steroid ini dikenal sebagai steroid androgenik.
Penyalahgunaan steroid androgenik justru dapat mematikan dorongan otak untuk merangsang produksi sperma di dalam testis mengakibatkan penurunan produksi sperma secara drastis, steroid androgenik juga dapat mengecilkan ukuran testis.
Obat hipertensi yang disebut spironolactone dapat menurunkan produksi sperma. Sementara itu, beberapa obat penurun tekanan darah lainnya bisa mengganggu kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
Pada wanita, obat-obatan untuk hipertensi dapat menurunkan kualitas sel telur dan embrio pada ibu hamil. Oleh karena itu, konsumsi obat hipertensi pada ibu hamil sangat dibatasi.
Tapi dokter akan mempertimbangkan kondisi terbaik untuk ibu yang mengikuti program hamil dengan hipertensi
Obat-obatan antidepresan, termasuk obat penenang atau pencegah kejang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mengganggu pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi).
Sementara itu, penggunaan antidepresan golongan tertentu pada pria dapat mengganggu kesuburan dengan cara mengganggu pergerakan dan kualitas sperma.
Konsultasikan dengan dokter untuk mencari solusi terbaik mengenai penggunaan antidepresan selama mengusahakan kehamilan. Dokter mungkin bisa mempertimbangkan obat dengan mekanisme kerja yang lain.
Pastikan selalu mengonsumsi obat-obatan untuk hipertiroidisme sesuai dengan resep dokter.
Dosis yang terlalu banyak atau sedikit dapat memengaruhi hormon prolaktin, sehingga siklus menstruasi bisa terganggu dan mungkin memengaruhi terjadinya kehamilan.
Beberapa jenis obat yang diberikan selama masa kemoterapi diketahui dapat merusak sel telur sehingga membuat penggunanya susah hamil.
Sebagai contoh, obat antikanker yang mengandung agen alkilasi dapat memberikan efek beracun bagi ovarium, sehingga ketidaksuburan permanen mungkin terjadi.
Pada pria, obat-obatan ini juga dapat merusak kualitas sperma dan menurunkan kemampuan testis dalam memproduksi sperma. Pengobatan kanker seperti terapi radiasi juga dapat mengganggu kesuburan pada laki-laki.
Obat epilepsi seperti phenytoin, carbamazepine, dan valproate diketahui dapat mengganggu kesuburan dengan menghambat ovulasi hingga menyebabkan masalah kesuburan secara langsung.
Obat epilepsi akan menurunkan kadar testosteron yang berperan penting dalam kesuburan.
Tidak hanya itu, obat epilepsi juga dapat memengaruhi kualitas sperma dan mengurangi produksinya.
Beberapa jenis obat anti-inflamasi atau antiradang seperti sulfasalazine yang digunakan dalam dosis tertentu akan menurunkan jumlah sperma.
Sementara itu, penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang pada laki-laki dapat meningkatkan risiko kemandulan atau ketidaksuburan.
Wanita yang merencanakan kehamilan sebaiknya juga mengurangi konsumsi obat antiradang jenis nonsteroid, sebab obat ini diduga dapat menurunkan kadar hormon progesteron yang penting dalam fungsi reproduksi.
Beberapa jenis antipsikotik seperti risperidone dan amisulpride dapat memengaruhi kelenjar pituitari dalam memproduksi hormon prolaktin. Kondisi ini kemudian dapat mengganggu siklus menstruasi dan proses ovulasi.
Bicarakan dengan dokter mengenai penyesuaian dosis antipsikotik saat merencanakan kehamilan.
Banyak orang mengira penggunaan obat dan suplemen herbal lebih aman dibandingkan obat kimia. Padahal, banyak produk herbal yang belum lulus uji secara klinis terkait keamanannya pada kesuburan.
Selalu tanyakan pada dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun saat merencanakan kehamilan, termasuk suplemen, obat herbal, maupun obat apotek yang didapatkan tanpa resep dokter.
Krim kulit, gel, dan produk perawatan rambut yang mengandung hormon estrogen dan progesteron juga dapat mempengaruhi ovulasi.
Walaupun penyerapan produk ini melalui kulit mungkin tidak akan menyebabkan masalah, ada baiknya untuk tetap menghindari penggunaan produk tersebut.
Selalu konsultasikan dengan dokter jika sedang atau akan mengonsumsi obat-obatan tertentu selama merencanakan kehamilan. Jadi, dokter bisa meresepkan obat pengganti yang lebih aman.
Dokter juga akan menyesuaikan dosis dan obat dengan mekanisme kerja yang paling aman untuk diberikan pada kamu yang sedang menjalani program hamil.
Obat yang mengganggu kesuburan sebaiknya dihindari pada saat program hamil.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter tentang obat apa pun yang kamu konsumsi agar rencana kehamilan tidak terganggu dan kesuburan kamu dan pasangan sedang berada pada tingkat optimal.
Jika kamu sedang merencanakan program hamil bersama pasangan, dokter dan nutrisionis Sirka dapat membantumu untuk mencapai berat badan ideal dan konsumsi gizi seimbang agar kamu bisa hamil.
Sudah banyak pasangan yang berhasil menjalankan program hamil melalui pendampingan dokter dan nutrisionis berpengalaman dari Sirka. Apakah kamu selanjutnya? Ayo klik tautan ini untuk info lebih lanjut!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…