Mungkin saat berkumpul bersama keluarga, teman, atau tetangga setelah sekian lama, ada celetukan seperti “wah sekarang gemukan ya setelah menikah ya, makmur nih”. Loh, memangnya kalau gemuk setelah menikah itu normal ya? Bagaimana menurut penelitian?
Menurut penelitian yang terbit pada tahun 2020 dengan sampel rumah tangga orang Jepang di periode 2009-2018 tentang hubungan status pernikahan dengan IMT, ditemukan bahwa hubungannya tidak terlalu signifikan pada IMT pria, namun cukup besar korelasinya pada wanita yang menikah dibanding yang tidak menikah.
Korelasi positif juga ditemukan antara IMT dengan status pernikahan, terutama pada wanita yang berusia di bawah 40 tahun.
Selain itu, terdapat hubungan IMT dengan perubahan status dari jomblo ke menikah ada korelasi positif, namun efeknya kecil untuk laki-laki dan berlanjut untuk wanita.
Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa menikah dapat menaikkan berat badan, bahkan di Jepang yang termasuk negara maju sekalipun.
Menurut penelitian pada orang dewasa di Pakistan pada tahun 2020, sampel yang menikah lebih berisiko untuk mengalami obesitas daripada sampel yang tidak menikah.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa orang Pakistan yang menikah dan tinggal di perkotaan lebih berisiko untuk mengalami obesitas daripada yang tinggal di daerah pedesaan.
Menurut penelitian di Ethiopia Timur (daerah perkotaan) pada tahun 2022, individu yang menikah memiliki peluang dua kali lipat lebih besar untuk mengalami obesitas. Kemungkinan penyebabnya adalah karena perubahan pola makan setelah menikah.
Tiga penelitian di atas menyebutkan bahwa orang yang menikah lebih beresiko untuk obesitas atau mengalami kenaikan berat badan.
Kemungkinan penyebab dari gemuk setelah menikah:
Di artikel ini, pernah dijelaskan bahwa pasangan bisa memengaruhi kebiasaan makan. Hal ini bisa berpengaruh secara positif, namun juga bisa negatif.
Kalau kebiasaan makan pasangan kurang baik, maka pasangannya bisa memberikan pengaruh yang kurang baik juga.
Perubahan pola makan bisa terjadi karena pernikahan. Misalnya, ketika tinggal di rumah mertua atau orang tua, seorang wanita atau pria bisa makan lebih banyak. Mereka tidak bisa menolak makanan yang diberikan karena tidak enak dengan mertua atau orang tua. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan berat badan.
Selain dari mertua/orang tua, bisa juga perubahan pola makan karena masakan yang berbeda. Seorang pasangan tentunya merasa kurang santun dan bisa menimbulkan konflik andai menolak makanan dari pasangannya sendiri.
ART (asisten rumah tangga) juga bisa berkontribusi jika tidak diberikan brief dengan baik oleh kita.
Untuk pasangan yang pindah tempat tinggal, bisa terjadi perubahan pola makan juga. Contohnya, banyak akses makanan yang mudah atau paparan iklan makanan di sekitar rumah bisa memengaruhi pola makan. Belum lagi kalau tetangga suka aktif membagikan makanan atau minuman.
Tidak hanya rumah saja, hal ini termasuk pindah pekerjaan setelah menikah. Lingkungan kerja yang mendukung kenaikan berat badan seperti banyak teman/bos yang suka mengajak makan.
Pada dasarnya, cara mencegah gemuk setelah menikah adalah komunikasi kepada berbagai pihak agar bisa melakukan mindful eating.
Beberapa contohnya:
Bagaimana kalau sudah terlanjur gemuk? Coba cara berikut ini:
Setelah menyadari perubahan berat badan dan lingkar tubuh setelah menikah, coba review soal bagaimana perubahan pola makan yang terjadi. Contohnya, apakah setelah menikah:
Review ini berguna untuk menemukan perubahan dan alasan mengapa berat badan naik setelah menikah.
Kalau pasangan kita punya pola makan yang kurang baik, maka kita harus menjadi teladan dengan belajar mindful eating. Ingat bahwa pasangan kita bisa memengaruhi bagaimana pola makan kita.
Pengaruhilah pasanganmu secara positif, yaitu sebagai teladan, bahkan dalam urusan makan sekali pun.
Mindful eating juga membantu dalam defisit kalori karena kita sadar dengan apa yang kita makan.
Cara ini sama dengan di bagian mencegah gemuk setelah menikah. Lakukan komunikasi, terutama kepada:
Komunikasi ini soal makanan dan pola makan. Kita bisa mengatakan bahwa kita sedang menurunkan berat badan, sehingga harus mengeset batasan dalam makan agar bisa defisit kalori.
Enaknya menikah salah satunya adalah ada pasangan yang berperan sebagai support system.
Saat menurunkan berat badan, support system dibutuhkan agar progres bisa dicapai dengan lebih baik dan mengatasi tantangan/hambatan yang datang.
Berkonsultasi dengan nutrisionis bisa jadi solusi untuk kamu yang gemuk setelah menikah.
Mereka akan memberikan meal guideline yang sesuai dengan tujuan dan kondisi tubuhmu. Jadi, dietmu akan terarah dan foolproof.
Kalau kamu gemuk setelah menikah, jangan risau. Bahkan menurut penelitian, terdapat korelasi antara kenaikan berat badan dan menikah. Yang terpenting adalah bagaimana solusinya andai kita sampai kelebihan berat badan. Contohnya adalah berkonsultasi dengan nutrisionis.
Bagi pasangan yang menikah dan ingin memiliki keturunan, sebaiknya menjaga berat badan ideal karena obesitas dapat memengaruhi kesuburan, baik itu kepada suami atau pun istri.
Sirka menyediakan program pendampingan yang dapat membantu kamu mencapai tujuan penurunan berat badan dengan cara yang lebih terarah dan efektif. Dalam program ini, dokter dan nutrisionis akan membantumu menyusun rencana yang sesuai dengan kondisi tubuh dan kebutuhan masing-masing, sehingga proses penurunan berat badan menjadi lebih optimal.
Klik tautan ini untuk info selengkapnya!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…