Jika sebelumnya telah kita ulas terkait infertilitas primer, maka pada artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang infertilitas sekunder.
Apa yang dimaksud dengan infertilitas sekunder? Apa saja penyebab dan pilihan terapi untuk mengatasi infertilitas sekunder? Simak penjelasannya lebih lanjut pada artikel berikut!
Infertilitas sekunder adalah kondisi ketika seorang wanita tidak bisa hamil setelah mengalami kehamilan atau persalinan sebelumnya.
Seseorang dikatakan mengalami infertilitas sekunder jika kehamilan atau persalinan yang pernah dialami sebelumnya merupakan kehamilan atau persalinan alami, tidak melalui bantuan medis seperti in vitro fertilization (IVF).
Tanda paling umum dari infertilitas sekunder adalah seseorang tidak bisa hamil lagi setelah memiliki satu atau lebih anak biologis.
Tak jauh berbeda dari infertilitas primer, infertilitas sekunder dapat ditegakkan jika kamu berusia kurang dari 35 tahun, berhubungan seksual rutin tanpa kontrasepsi selama 1 tahun, namun tak terjadi kehamilan.
Jika kamu berusia lebih dari 35 tahun, dokter akan mengklasifikasikan kamu sebagai infertilitas sekunder setelah 6 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi.
Infertilitas sekunder dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:
Pada wanita, jumlah dan kualitas sel telur dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia. Memasuki usia 40 tahun, cadangan sel telur yang ada di ovarium kita akan semakin berkurang. Tak hanya jumlahnya, namun sel telur yang tersisa tersebut juga lebih berisiko mengalami kelainan kromosom.
Begitu pula dengan pria, memasukin usia 40 tahun, kualitas air mani atau semen cenderung menurun, sehingga, sperma yang disalurkan pun dapat ikut terpengaruh.
Jika sperma yang diproduksi kurang dari 15 juta/ml air mani, maka dapat dikatakan pria tersebut mengalami oligospermia.
Jika seorang wanita mengalami komplikasi saat hamil dan bersalin, kondisi tersebut dapat berdampak pada kehamilan selanjutnya.
Komplikasi pada kehamilan sebelumnya dapat menyebabkan perubahan struktur organ reproduksi seorang wanita. Hal ini dapat mengganggu terjadinya pembuahan atau implantasi sel telur yang telah dibuahi. Sehingga meningkatkan risiko terjadinya infertilitas sekunder.
Operasi caesar maupun operasi organ reproduksi wanita lainnya, dapat menyebabkan luka operasi pada rahim. Luka bekas operasi ini dapat memengaruhi proses terjadinya kehamilan selanjutnya.
Begitu juga pada pria, operasi prostat dapat menurunkan jumlah sperma dan menyebabkan ejakulasi yang abnormal.
Jika kamu atau pasangan memiliki riwayat operasi pengangkatan prostat karena kanker atau masalah kesehatan lainnya, kamu berisiko mengalami retrograde ejaculation. Retrograde ejaculation merupakan keadaan dimana sperma tidak keluar dari tubuh saat ejakulasi, melainkan terdorong masuk ke kandung kemih (tempat menyimpan urin).
Berat badan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesuburan.
Jika berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, tentunya akan memengaruhi kategori indeks massa tubuh kita. Overweight dan obesitas diketahui dapat menyebabkan disfungsi ovarium pada beberapa wanita.
Selain itu, kenaikan berat badan atau indeks massa tubuh juga dapat menyebabkan gangguan regulasi hormon, termasuk hormon reproduksi (pria dan wanita). Hal inilah yang dapat memicu terjadinya infertilitas sekunder baik pada pria mau pun wanita.
Beberapa jenis obat, termasuk diantaranya beberapa antibiotik dan obat tekanan darah tinggi, dapat memengaruhi produksi sperma.
Terapi obat-obatan pada beberapa penyakit juga diketahui memiliki pengaruh pada kualitas sperma, di antaranya yaitu: terapi kanker prostat, infeksi jamur, infeksi saluran kemih, atritis, kejang, dan skizofrenia.
Merokok dan konsumsi alkohol, telah dikenal sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesuburan. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, dapat menurunkan kuantitas dan kualitas sperma serta berdampak pada terjadinya infertilitas sekunder.
Selain itu, pengaruh lingkungan seperti paparan suhu tinggi dalam waktu lama, pestisida, serta paparan zat kimia industri lainnya juga berdampak pada kesuburan.
Penggunaan lubrikan atau pelumas saat berhubungan seksual yang tidak ramah terhadap sperma (fertility friendly) juga dapat menyebabkan infertilitas sekunder.
Infertilitas sekunder dapat dialami oleh siapa saja, baik wanita maupun pria. Infertilitas sekunder dapat disebabkan karena banyak faktor.
Jika kamu dan pasangan merencanakan untuk memiliki anak lagi namun tak kunjung mendapatkan hasil, segera konsultasikan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.
Infertilitas sekunder dapat diatasi dengan terapi medis serta penerapan pola hidup sehat untuk mendukung kehamilan yang sehat selanjutnya.
Jika kamu dan pasangan sedang merencanakan untuk program hamil, selain berhubungan seksual secara rutin, menjaga berat badan ideal dan menerapkan pola hidup sehat adalah kuncinya.
Dokter gizi dan nutrisionis berpengalaman dari Sirka dapat membantumu untuk mewujudkan keinginan untuk hamil. Klik tautan ini untuk info lebih lanjut!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…