Kesehatan Perempuan

Anemia Pada Ibu Hamil – Faktor Risiko, Gejala, dan Solusinya

Anemia Pada Ibu Hamil – Faktor Risiko, Gejala, dan Solusinya

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, kejadian anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu sebanyak 48,9%. Angka kejadian ini menjadi PR bersama, karena anemia pada ibu hamil tak hanya berdampak pada ibu tetapi juga bayi di dalam perutnya. 

Apa penyebab anemia pada ibu hamil dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasannya berikut!

Apa Penyebab Anemia pada Ibu Hamil?

Kehamilan menyebabkan banyak perubahan yang terjadi pada tubuh ibu. Volume darah akan meningkat sekitar 20-30% pada saat hamil, khususnya pada trimester kedua. Peningkatan ini sebanding dengan meningkatnya kebutuhan zat besi dan vitamin yang diperlukan tubuh untuk membentuk hemoglobin. 

Hemoglobin adalah protein yang ada pada sel darah merah yang membawa oksigen ke dalam sel tubuh lainnya. Jika tubuh kekurangan zat besi, maka tubuh tidak memiliki bahan yang cukup untuk membentuk hemoglobin dan terjadilah anemia. 

Selain itu, ada beberapa jenis anemia pada kehamilan berdasarkan penyebabnya, diantaranya yaitu:

1. Anemia Karena Perdarahan

Ibu dapat mengalami kehilangan darah saat hamil dan nifas.

Jika ibu mengalami anemia pada saat hamil, maka risiko melahirkan prematur akan lebih besar. Begitu juga dengan kehilangan darah pasca persalinan (perdarahan postpartum), baik yang disebabkan oleh kontraksi rahim, tertinggalnya jaringan plasenta, luka jahitan, mau pun faktor pembekuan darah. 

Jika tidak ditangani dengan segera, perdarahan postpartum tak hanya dapat menyebabkan anemia berat namun juga kematian ibu. 

2. Anemia Hipoproliferatif

Anemia hipoproliferatif dibagi menjadi dua jenis yaitu anemia defisiensi besi dan anemia defisiensi asam folat (vit B9), vit B6, dan B12. Anemia jenis ini dapat terjadi karena diet yang tidak seimbang, malabsorpsi, dan penyalahgunaan alkohol. Asupan makanan yang kaya akan zat gizi dan vitamin sangat penting untuk membantu mencegah anemia hipoproliferatif. 

3. Anemia Akibat Infeksi dan Inflamasi

Anemia dapat terjadi akibat infeksi parasit, bakteri, maupun penyakit inflamasi kronis yang memengaruhi pencernaan.

4. Anemia Karena Penyakit Ginjal

Ibu dengan penyakit ginjal atau transplantasi ginjal, dapat mengalami anemia saat hamil. Ibu dapat mengalami anemia sedang hingga berat, dan lebih berisiko melahirkan secara prematur

Siapa Saja yang Berisiko Mengalami Anemia Saat Hamil?

Seorang wanita memiliki risiko yang lebih besar mengalami anemia jika:

  1. Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
  2. Hamil kembar
  3. Sering mengalami mual muntah di trimester pertama
  4. Diet yang tidak seimbang
  5. Memiliki riwayat menstruasi hebat (baik dari segi volume darah atau lama siklus) sebelum hamil
  6. Memiliki riwayat anemia pada kehamilan sebelumnya

Apa Saja Ciri-ciri Anemia Pada Ibu Hamil?

Anemia pada ibu hamil memiliki ciri-ciri yang hampir sama seperti anemia pada umumnya. Beberapa ciri khas anemia yaitu:

  1. Mudah lelah
  2. Pusing/sakit kepala
  3. Konjungtiva (bagian berwarna merah mudah di bawah mata) pucat
  4. Kulit tampak lebih pucat
  5. Detak jantung lebih cepat
  6. Nafas pendek
  7. Tekanan darah rendah
  8. Susah berkonsentrasi

Jika kamu mengalami beberapa gejala tersebut, biasanya dokter akan menyarankan melakukan tes darah untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan hemoglobin di dalam tubuh. Seorang wanita hamil dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya <11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, atau <10,5 g/dL pada trimester kedua. 

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi anemia pada ibu hamil, diantaranya yaitu:

1. Makan Makanan yang Bergizi Tinggi

Makan makanan yang beragam dan gizi seimbang sangat penting untuk ibu hamil, khususnya yang kaya akan zat besi dan asam folat.

Ibu hamil disarankan menambah asupan makanan seperti daging dan makanan laut yang dimasak matang, sayuran hijau (bayam, brokoli, kangkung, buncis), kacang-kacangan (kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau), buah-buahan (jeruk, alpukat, pepaya, pisang), dan gandum. 

2. Mengonsumsi Lebih Banyak Vitamin C

Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dari makanan secara lebih efisien. Dengan asupan vitamin C yang cukup, maka zat besi dapat diserap dengan lebih baik sehingga produksi hemoglobin lebih optimal.

3. Suplementasi Kehamilan

Tidak semua ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan zat gizinya dari makanan, oleh karena itu suplemen kehamilan hadir untuk membantu memenuhinya.

Ibu hamil akan mendapat tablet tambah darah, kalsium, dan asam folat selama hamil. Suplemen ini bisa diminum di malam hari sebelum tidur untuk mengurangi efek mual setelah mengonsumsinya.

Anemia pada Ibu Hamil Dapat Dicegah dan Diatasi

Anemia ringan yang terjadi pada ibu hamil merupakan hal yang umum terjadi. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan volume darah di dalam tubuh selama hamil.

Konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, vitamin C, dan rutin mengonsumsi suplemen kehamilan dapat membantu mencegah dan mengatasinya. 

Namun jika gejala anemia yang kamu rasakan memberat dan tidak ada perubahan setelah melakukan pencegahan di rumah, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. 

Rekomendasi Sirka

Memastikan kesehatan selama kehamilan sangat penting bagi ibu hamil agar janin di dalam kandungannya selalu sehat dan terhindar dari masalah/penyakit.

Memastikan kesehatan selama kehamilan sangat penting bagi ibu hamil agar janin di dalam kandungannya selalu sehat dan terhindar dari masalah/penyakit.

Dokter dan nutrisionis Sirka dapat membantumu untuk menerapkan pola makan bergizi seimbang saat hamil agar kesehatan terjaga, perkembangan janin sehat dan sesuai dengan usia kandungannya, serta lancar hingga persalinan kelak. Klik tautan berikut untuk info lengkapnya!

Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Share
Published by
Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

Recent Posts

Konsultasi Diabetes – Kapan dan ke Dokter Apa?

Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…

12 hours ago

Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya!

Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…

13 hours ago

Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol?

Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…

21 hours ago

Modafinil – Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan?

Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…

3 days ago

Desvenlafaxine – Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…

4 days ago

Loratadine – Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan?

Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…

5 days ago