Disfungsi ereksi, merupakan salah satu masalah seksual pada pria yang banyak dikeluhkan, terutama pada pria berusia di atas 50 tahun. Masalah yang satu ini mungkin tidak mengganggu secara fisik, namun pasti sangat mengganggu secara emosional.
Apa penyebab disfungsi ereksi? Apa saja tanda dan gejalanya?
Simak penjelasannya di blog ini!
Disfungsi ereksi adalah kondisi ketika seseorang kesulitan mendapatkan dan mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk berhubungan seksual.
Disfungsi ereksi yang terjadi secara progresif atau hampir selalu terjadi saat berhubungan seksual, merupakan hal yang tidak normal dan perlu untuk ditangani. Konsultasikan ke dokter untuk membantu mengatasinya.
Disfungsi ereksi dapat terjadi ketika:
Disfungsi ereksi terjadi jika penis kesulitan mendapatkan ereksi, kesulitan mempertahankan ereksi, dan terjadi penurunan hasrat seksual.
Kondisi ini dapat berpengaruh pada kesejahteraan seorang pria mau pun hubungan percintaannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui penyebab disfungsi ereksi dan melakukan tatalaksana yang sesuai untuk mengatasinya.
Disfungsi ereksi dapat terjadi karena adanya masalah kesehatan baik fisik maupun emosional. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi diantaranya sebagai berikut:
Namun, faktor risiko tersebut tidak mutlak menjadi penyebab disfungsi ereksi. Beberapa pria masih memiliki fungsi seksual yang baik meskipun telah memasuki usia 80-an.
Banyak masalah kesehatan yang dapat menyebabkan aliran darah ke penis menurun, seperti adanya penyumbatan arteri, penyakit jantung, gula darah tinggi, dan merokok.
Pada beberapa kasus lain, darah tidak dapat bertahan di penis selama ereksi, sehingga menimbulkan disfungsi ereksi.
Beberapa penyakit, cedera, atau operasi di area panggul, dapat merusak saraf di daerah penis, sehingga sinyal saraf dari otak atau sumsum tulang belakang tidak dapat mencapai penis dan menyebabkan disfungsi ereksi.
Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan juga saraf yang mengarah ke penis, sehingga laki-laki dengan diabetes, cenderung lebih berisiko mengalami disfungsi ereksi.
Operasi dan radiasi untuk terapi kanker pada daerah perut bawah atau panggul, dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
Pasien dengan riwayat kanker prostat, usus besar, atau kandung kemih, seringkali mengeluhkan disfungsi ereksi sebagai efek samping terapi.
Pemberian obat-obatan tertentu juga dapat menimbulkan efek samping disfungsi ereksi.
Tak hanya masalah fisik, namun faktor emosional juga dapat memengaruhi terjadinya disfungsi ereksi. Beberapa masalah yang dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi ereksi diantaranya yaitu:
Dokter dapat mendiagnosis disfungsi ereksi melalui anamnesis (wawancara kesehatan), pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Beberapa pertanyaan terkait riwayat penyakit, kebiasaan tidak sehat, dan masalah emosional, akan dievaluasi untuk mengetahui penyebabnya.
Pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dilakukan tergantung dari usia dan riwayat penyakit yang diderita. Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan urin, mungkin dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis pasti.
Disfungsi ereksi mungkin tidak terasa menyakitkan secara fisik, namun pasti akan sangat mengganggu secara emosional. Tak perlu malu untuk berkonsultasi dengan dokter jika kamu merasakannya. Semakin cepat mengetahui penyebabnya, maka semakin cepat pula disfungsi ereksi dapat teratasi.
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…