Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) ibu dan bayi. Plasenta previa juga meningkatkan insiden operasi caesar. Bagaimana sebenarnya plasenta previa itu? Simak penjelasannya berikut!
Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta atau ari-ari, menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir. Sehingga, pada kondisi ini ibu tidak dapat melahirkan secara normal pervaginam karena jalan lahir bayi tertutup oleh plasenta.
Berdasarkan posisinya, plasenta previa dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Hingga kini, penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Adanya masalah pada lapisan endometrium dan luka di rahim merupakan kemungkinan terbesar penyebab terjadinya plasenta previa. Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, yaitu:
Tanda utama plasenta previa adalah keluarnya darah berwarna merah segar pada usia kehamilan >20 minggu dan biasanya tanpa rasa sakit. Perdarahan dapat terjadi karena hubungan seksual atau pemeriksaan medis. Pemeriksaan USG harus dilakukan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
Plasenta previa dapat menimbulkan beberapa komplikasi diantaranya yaitu:
Perdarahan hebat dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, dan beberapa jam setelah bayi lahir. Perdarahan ini menyebabkan ibu kehilangan banyak darah sehingga membutuhkan transfusi untuk mengganti darah yang hilang.
Perdarahan hebat yang terjadi pada kehamilan dengan plasenta previa merupakan indikasi obstetri untuk dilakukannya operasi caesar darurat sebelum bayi cukup bulan (prematur).
Plasenta previa sangat erat kaitannya dengan spektrum plasenta akreta. Kondisi ini merupakan kondisi dimana plasenta tumbuh dan mengakar hingga menembus dinding dan otot rahim. Plasenta akreta juga berisiko tinggi menyebabkan perdarahan hebat selama persalinan mau pun setelah bayi lahir.
Pemeriksaan kehamilan secara rutin merupakan salah satu upaya deteksi dini plasenta previa. Dokter akan melakukan evaluasi menggunakan ultrasonografi (USG) untuk mendiagnosis adanya plasenta previa. Termasuk melihat jenis plasenta previa dan dalamnya perlekatan plasenta di dinding rahim.
Jika plasenta previa terdiagnosis saat pemeriksaan kehamilan rutin, maka monitoring intensif dibutuhkan untuk mengevaluasi posisi plasenta seiring dengan bertambahnya ukuran rahim.
Apabila ibu mengalami perdarahan setelah usia kehamilan 20 minggu, maka tindakan kegawatdaruratan maternal dibutuhkan. Ibu mungkin memerlukan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang.
Jika perdarahan berhenti dalam 48 jam, maka kehamilan dapat dipertahankan. Namun, apabila perdarahan hebat terus berlanjut, maka persalinan dengan operasi caesar harus segera dilakukan. Pada persalinan bayi prematur (<37 minggu) tenaga kesehatan akan memberikan obat kortikosteroid untuk membantu pematangan paru janin.
Meskipun penyebab pasti plasenta previa belum diketahui, menghindari faktor risikonya mungkin dapat membantu memperkecil kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan ini.
Pemeriksaan kehamilan dan USG secara rutin, khususnya pada trimester kedua dan ketiga, dapat membantu deteksi dini plasenta previa dan perencanaan persalinan yang aman bagi ibu dan bayi.
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…