Apakah kamu dan pasangan sedang mempertimbangkan untuk menambah momongan? Selain kesiapan mental dan finansial, jarak kehamilan merupakan hal penting yang harus kamu dan pasangan pertimbangkan sebelum memutuskan menambah momongan. Mengapa demikian? Bagaimana jika jarak kehamilan terlalu dekat? Simak penjelasannya berikut!
Kehadiran buah hati pasti mendatangkan kebahagian tersendiri bagi sebuah keluarga. Namun, keputusan untuk memiliki anak kedua, ketiga dan seterusnya, merupakan hal yang berbeda.
Apabila tak direncanakan dengan baik, maka kehadiran buah hati ini bisa menjadi masalah baru yang akan berdampak besar bagi kehidupan kita. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan kehamilan untuk mengatur jumlah dan jarak anak sesuai dengan kemampuan kita dan pasangan.
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa kehamilan yang dimulai dalam waktu enam bulan setelah kelahiran hidup, dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi berikut:
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa jarak kehamilan <2 tahun atau >6 tahun, dapat meningkatkan risiko Autism Spectrum Disorder (ASD).
Jarak kehamilan yang terlalu dekat, tidak memberikan ibu cukup waktu untuk masa pemulihan dari kehamilan dan persalinan sebelumnya. Misalnya, hamil dan menyusui dapat menghabiskan cadangan zat gizi ibu, terutama asam folat.
Apabila cadangan zat gizi tersebut di dalam tubuh belum terisi kembali tetapi ibu sudah hamil lagi, maka hal ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Apalagi asam folat merupakan zat gizi utama yang sangat dibutuhkan dalam proses organogenesis (pembentukan organ).
Selain itu, kondisi alat reproduksi yang belum pulih sepenuhnya setelah proses kehamilan dan persalinan, juga dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, mengatur jarak kehamilan sangatlah penting untuk dilakukan.
Kalau jarak kehamilan terlalu dekat dan jauh memiliki risiko. Berapa lama jarak kehamilan yang ideal?
Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan masalah kesehatan lainnya, para ahli merekomendasikan untuk menunggu 18-24 bulan dan kurang dari 5 tahun setelah kelahiran hidup anak sebelumnya.
Namun, pada wanita yang berusia >35 tahun, dapat dipertimbangkan untuk menunggu selama 12 bulan sebelum hamil lagi, dengan pertimbangan risiko infertilitas dan morbiditas yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Sejatinya, tidak ada waktu yang paling tepat untuk memiliki buah hati lagi. Bahkan, dengan perencanaan yang matang sekalipun, kita tidak dapat benar-benar mengontrol kapan pembuahan itu terjadi. Namun, mendiskusikan pilihan kontrasepsi yang tepat sampai kita dan pasangan siap untuk memiliki anak lagi, dapat membantu kita untuk merencanakannya.
Konsultasikan dengan tenaga kesehatan kepercayaanmu untuk pilihan kontrasepsi yang sesuai. Kontrasepsi jangka pendek dan dengan reversibilitas kesuburan yang tinggi dapat membantumu untuk mengatur jarak kehamilan sesuai dengan keinginanmu dan pasangan.
Orang tua yang siap dan bahagia menyambut kehadiran buah hati mereka, merupakan bekal parenting yang paling utama untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera.
Jarak kehamilan terlalu dekat atau pun terlalu jauh sama-sama memiliki risiko untuk bayi dan anak. Jadi, mari dipertimbangkan baik-baik.
Kalau kamu sedang merencanakan untuk memiliki momongan lagi, ayo klik link ini!
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Rambutan? Ini Jawabannya! Rambutan, buah tropis berbulu dengan rasa manis…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Durian? Ini Jawabannya! Durian, si "King of Fruits" dengan aroma…
7 Tips Makan di Luar untuk Penderita Diabetes - Tetap bisa Makan Enak! Pasti ada…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Kerupuk Kulit? Ini Faktanya! Kerupuk kulit sering kali menjadi camilan…
Sering Mengantuk karena Diabetes? Ini Penyebab dan Solusinya! Pernahkah kamu merasa mengantuk terus-menerus meskipun sudah…
Memperingati Hari Perempuan Internasional, Sirka Meluncurkan Panel Lab Test Khusus untuk Perempuan Dalam rangka memperingati…