Lainnya

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Reproduksi – Proven!

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Reproduksi

Tahukah kamu, puasa tak hanya sekedar ritual ibadah atau metode untuk menurunkan berat badan saja. Namun, puasa juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita, termasuk kesehatan reproduksi. Baik bagi pria mau pun wanita. Bagaimana manfaat puasa bagi kesehatan reproduksi?

Apa Itu Puasa?

Secara sederhana, puasa dapat diartikan sebagai pantang makan dan minum selama waktu tertentu. Baik untuk alasan religius, kesehatan, ataupun budaya. 

Puasa dalam Perspektif Kesehatan

Puasa telah digunakan secara terapeutik sejak abad ke-5 sebelum masehi. Dokter dari Yunani yang juga dikenal sebagai bapak kedokteran, Hippocrates, merekomendasikan pantangan makanan atau minuman untuk pasien yang menunjukkan gejala penyakit tertentu. Dalam dunia kedokteran, puasa sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Puasa dianggap sebagai bagian alami yang penting dalam proses pemulihan pada beberapa kondisi tertentu.

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Reproduksi Pria

Testosteron adalah hormon utama yang bertanggung jawab untuk menjaga produksi sperma, libido, dan efikasi seksual pada pria. Testosteron juga berperan untuk merangsang sintesis protein otot, sehingga dapat meningkatkan massa otot.

Studi uji klinis telah dilakukan dengan intervensi pembatasan makan selama 8 jam. Intervensi pembatasan makan diiringi dengan latihan ketahanan (tiga kali seminggu), terbukti dapat mengurangi kadar testosteron setelah 4 sampai 44 minggu. 

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, puasa ramadhan yang dilakukan kurang lebih 1 bulan (4 minggu), masih merupakan batas yang aman dan tidak akan memengaruhi produksi testosteron dalam tubuh pria. 

Manfaat Puasa bagi Kesehatan Reproduksi Wanita

Studi tinjauan pustaka terbaru menunjukkan bahwa puasa umumnya dapat menurunkan hormon androgen (yaitu hormon testosteron dan Free Androgen Index (FAI)). Namun, dapat meningkatkan Sex-Hormone-Binding Globulin (SHBG) pada wanita premenopause dengan obesitas. Hasil ini menjanjikan potensi puasa untuk pengobatan hiperandrogen seperti pada kondisi polycystic ovarian syndrome (PCOS). 

Intervensi penurunan berat badan, salah satunya dengan cara puasa, juga terbukti mengurangi kadar hormon estrogen pada wanita dengan obesitas. Peningkatan hormon estrogen akan merusak fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-gonad pada otak. Peningkatan kadar hormon estrogen akibat penumpukan lemak, juga berkaitan dengan beberapa masalah seperti PCOS, anovulasi (tidak terjadi pelepasan sel telur), dan peningkatan risiko kanker payudara.

Namun, penelitian yang sudah ada belum menunjukkan temuan yang signifikan terkait pengaruh puasa terhadap hormon reproduksi lainnya, seperti gonadotropin dan prolaktin. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hal ini. 

Puasa, Bakteri Usus, dan Hormon Reproduksi

Penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan mikrobioma (bakteri) di usus dapat memengaruhi hormon reproduksi secara signifikan. Memperbaiki mikrobioma abnormal di usus berdampak positif bagi kesehatan reproduksi wanita, baik pra maupun pasca menopause. 

Uji klinis dan preklinis juga menunjukkan bahwa puasa dapat memperbaiki komposisi dan keragaman mikroflora usus. Puasa juga telah terbukti mengurangi permeabilitas usus (sifat penyerapan usus) yang menyebabkan endotoksemia postprandial dan peradangan sistemik yang biasanya meningkat pada orang dengan obesitas. Endoteksemia postprandial juga merupakan faktor risiko yang dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2. 

Ritme Sirkadian dan Hormon Reproduksi

Puasa intermiten telah terbukti berdampak pada peningkatan kadar hormon reproduksi, selaras dengan ritme sirkadian. Produksi dan pelepasan hormon, sebagian dikendalikan oleh ritme sirkadian yang dipengaruhi oleh siklus makan harian. Pengaturan dan pembatasan jam makan, seperti yang terjadi saat kita berpuasa, selaras dengan ritme sirkadian tubuh. Hal ini dapat memengaruhi kadar hormon yang bermanfaat bagi tubuh. 

Sebuah studi membandingkan efek makan >50% kalori harian saat sarapan vs >50% kalori harian saat makan malam pada wanita dengan PCOS. Setelah 12 minggu, estradiol (komponen hormon estrogen) meningkat secara signifikan di antara wanita PCOS yang makan >50% kalori harian di malam hari. Hasil ini menunjukkan bahwa, pengaturan waktu asupan kalori pada pagi vs malam hari, memengaruhi kadar testosteron pada wanita dengan PCOS

Mulai Hidup Sehat dengan Berpuasa!

Puasa memiliki banyak sekali manfaat dari segi kesehatan, termasuk ada manfaat puasa bagi kesehatan reproduksi.

Dengan berpuasa, mengatur jam makan kita, dan menjaga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, dapat membantu mengatur kadar hormon reproduksi kita. Jadi tak ada alasan lagi untuk memulai hidup sehat di bulan ramadhan ini. Semangat untuk menyambut bulan puasa ya!

Jika kamu ingin mengurangi gejala PCOS, ayo klik link ini!

Renata Alya Ulhaq, S.Keb., Bd# and Ainy Suchianti, S.Gz#

View Comments

Recent Posts

Obat-Obatan yang Sebaiknya Dihindari Oleh Penderita Diabetes

Obat-Obatan yang Sebaiknya Dihindari Oleh Penderita Diabetes Penderita diabetes perlu berhati-hati dalam mengonsumsi obat. Beberapa…

2 hours ago

Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Roti? Ini Faktanya!

Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Roti? Ini Faktanya! Roti adalah salah satu makanan yang sering…

2 hours ago

Berat Badan Turun karena Diabetes – Penyebab dan Solusinya

Berat Badan Turun karena Diabetes - Penyebab dan Solusinya Berat badan yang turun secara tiba-tiba…

7 hours ago

Konsultasi Diabetes – Kapan dan ke Dokter Apa?

Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…

1 day ago

Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya!

Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…

1 day ago

Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol?

Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…

2 days ago