Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang dicirikan dengan peningkatan gula darah pada tubuh. DM dibagi lagi menjadi DM tipe 1 dan DM tipe 2. Pada DM tipe 2, penyakit ini dimulai dengan terjadinya resistensi insulin.
Hingga saat ini, belum banyak yang mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya resistensi insulin sehingga menyebabkan terjadinya DM tipe 2. Mau tahu apa itu resistensi insulin dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk kita bahas!
Insulin adalah sebuah hormon yang dikeluarkan oleh organ pankreas. Pankreas adalah organ yang terletak di dalam perut di bagian atas. Insulin membantu gula yang masuk pada darah untuk memasuki otot, lemak, dan liver untuk disimpan sebagai energi. Gula pada darah berasal dari makanan yang kita makan.
Resistensi insulin terjadi ketika sel yang berada pada otot, lemak, dan liver tidak merespon dengan baik aktivitas dari insulin. Hal ini mengakibatkan gula akan sulit masuk ke dalam sel otot, sel lemak, dan sel liver. Untuk mengatasi hal ini, pankreas akan mengeluarkan insulin yang lebih banyak.
Ketika gula darah seseorang lebih tinggi dibandingkan orang normal namun belum cukup untuk didiagnosis sebagai DM, kondisi ini disebut sebagai prediabetes. Resistensi insulin ditemukan pada orang-orang yang memiliki prediabetes.
Hingga saat ini penyebab langsung dari resistensi insulin masih belum diketahui secara pasti. Namun, para peneliti curiga bahwa faktor kelebihan berat badan dan inaktivitas fisik berperan dalam proses resistensi insulin.
Kelebihan berat badan adalah salah satu penyebab terjadinya resistensi insulin. Salah satu aspek dari obesitas adalah lemak viseral atau lemak yang berada pada perut dan di antara organ-organ.
Lemak viseral ini adalah salah satu penyebab resistensi insulin. Walaupun indeks massa tubuh kita normal, namun jika lingkar pinggang melebihi 101,6 cm pada pria dan 88,9 cm pada wanita dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.
Tidak beraktivitas fisik secara cukup banyak dikaitkan dengan resistensi insulin dan prediabetes. Aktivitas fisik yang teratur akan menyebabkan perubahan pada tubuh yang dapat menurunkan gula darah secara berkala.
Berikut ini adalah faktor risiko dari resistensi insulin:
Secara umum resistensi insulin tidak memiliki gejala. Gejala yang bisa nampak adalah kulit yang kehitaman pada ketiak atau pada bagian leher. Kondisi ini disebut sebagai akantosis nigrikans.
Jika kamu mengetahui seseorang dengan tanda-tanda resistensi insulin, segera konsultasikan masalah ini ke dokter. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi terjadinya resistensi insulin.
Salah satu pemeriksaan yang disarankan dan memiliki akurasi tinggi adalah tes A1c. Pemeriksaan ini mendeteksi rata-rata gula darah selama 3 bulan. Tes ini bisa dilakukan tanpa puasa dan mendeteksi terjadinya prediabetes.
Jika hasil A1C seseorang masuk level 5,7-6,4%, maka orang tersebut masuk ke dalam kategori prediabetes.
Aktivitas fisik adalah senjata utama untuk mencegah progresivitas resistensi insulin agar tidak menjadi DM. Mulailah aktivitas fisik dengan olahraga ringan seperti berjalan atau jogging. Lakukan aktivitas fisik paling tidak 150 menit per minggu yang terbagi dalam 3-5 sesi.
Menurunkan berat badan juga dapat membantu menurunkan resiko terjadinya resistensi insulin. Konsultasikan masalah ini dengan dokter kamu atau kunjungi halaman berikut untuk mengikut program Sirka yang dapat membantu kamu menurunkan berat badan.
Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan tertentu untuk mencegah progresivitas resistensi insulin. Salah satu obat yang banyak diresepkan adalah metformin. Namun, obat ini sebaiknya tidak dikonsumsi tanpa konsultasi dengan dokter karena memiliki berbagai efek samping.
Resistensi insulin bisa terjadi pada siapa saja. Penyakit ini lebih rentan ditemui pada pasien dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, dan pada orang yang kurang aktif. Olahraga dan aktivitas fisik adalah senjata utama untuk mencegah dan memperlambat resistensi insulin.
Kalau kamu sedang ingin mengurangi visceral fat dan menurunkan berat badan, ayo klik link ini!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…
View Comments
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you. https://accounts.binance.com/en/register?ref=P9L9FQKY
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.