Penggunaan obat diabetes merupakan salah satu concern di bidang kesehatan. Obat diabetes harus digunakan sesuai anjuran dan sangat hati-hati dalam pemberiannnya. Terlebih lagi, umumnya orang yang mengalami diabetes akan rutin menggunakan obat diabetes dalam hidupnya.
Diabetes ini merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering terjadi baik di Indonesia maupun dunia. Badan kesehatan dunia WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Menurut World Health Organization (WHO), diabetes disebut sebagai penyakit metabolik kronis (jangka panjang) yang dicirikan dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (atau biasa disebut gula darah).
Terdapat 2 tipe Diabetes yang paling umum, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Namun, ada juga tipe lain, yaitu diabetes gestasional. Semua jenis diabetes ini kemungkinan besar akan membutuhkan obat diabetes.
Sebelum membahas obat diabetes, kamu sebaiknya mengetahui bahwa pada dasarnya, manajemen diabetes terdiri dari 4 pilar yaitu:
Upaya penggunaan obat diabetes ini dilakukan bersamaan dengan pengaturan makan dan latihan fisik. Penggunaan obat diabetes dapat diberikan melalui oral (obat makan) atau suntikan.
Pemberian obat dilakukan untuk menjaga kadar insulin di dalam tubuh agar tetap seimbang dengan kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Berdasarkan cara pemberiannya, obat diabetes dapat dibagi dua secara umum, yaitu:
Terdapat beberapa golongan obat dalam tipe ini dengan cara kerja yang berbeda. Misalnya, metformin dapat menurunkan produksi glukosa hati dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Sedangkan di sisi lain, glinid dan sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi insulin.
Terdapat dua jenis obat diabetes umum yang dalam bentuk suntikan, yaitu insulin dan GLP-1 RA. GLP-1 RA berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Berdasarkan jenis dan cara kerjanya, obat diabetes umumnya dapat dibagi lagi. Obat anti hiperglikemik oral dibagi menjadi lima golongan berdasarkan cara kerjanya. Adapun lima golongan tersebut adalah sebagai berikut :
Salah satunya adalah sulfonilurea yang dapat meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Selain itu glinid, dengan cara kerjanya mirip dengan sulfonilurea, namun berbeda lokasi reseptor pada tubuh.
Kemungkinan efek samping dari penggunaan obat ini adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan.
Salah satunya adalah metformin yang dapat mengurangi produksi glukosa di dalam hati, serta memperbaiki kadar glukosa pada jaringan perifer. Obat ini merupakan pilihan utama pada sebagian besar kasus diabetes tipe 2.
Selain itu, terdapat Tiazolidinedion (TZD). Obat golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer (sel-sel tubuh).
Efek samping yang mungkin terjadi adalah gangguan pencernaan seperti perut terasa kembung, mual diare.
Obat yang tergolong dalam bagian ini dapat menghambat kerja enzim alfa glukosidase pada saluran pencernaan. Hal ini dapat menghambat absorpsi (proses menangkap dan memindahkan energi) glukosa dalam usus halus.
Efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan obat ini adalah penumpukan gas dalam usus.
Apabila DPP-4 dihambat maka dapat mencegah inaktivasi dari glucagon-like peptide (GLP)-1. Dengan begitu, kadar GLP-1 dan glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP) dapat terjaga dan nantinya akan memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan respon insulin, serta mengurangi sekresi glukagon.
Cara kerja obat ini adalah menghambat reabsorpsi (menyerap kembali zat yang diperlukan tubuh) glukosa di tubulus proksimal pada ginjal dan meningkatkan ekskresi glukosa melalui urin/pipis.
Obat ini dapat membantu penurunan berat badan dan tekanan darah. Kemungkinan efek samping dari penggunaannya adalah terjadinya infeksi saluran kencing dan genital.
Secara garis besar, terdapat dua obat diabetes yang digunakan dalam terapi anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin dan GLP-1 RA. Yuk simak penjelasannya berikut ini!
Pada kondisi normal, insulin dapat diproduksi dan digunakan dengan baik oleh tubuh.
Terapi insulin bagi penderita diabetes melitus diharapkan dapat menyerupai pola sekresi insulin yang terjadi pada tubuh yang normal.
Terdapat dua jenis insulin yang memiliki dua efek samping yang berbeda, yaitu insulin basal dan insulin prandial. Kedua insulin dibedakan berdasarkan tujuannya mencapai kadar darah yang normal pada waktu tertentu.
Terapi insulin dapat dilakukan secara tunggal maupun kombinasi dengan obat makan atau obat suntik lainnya. Namun, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan respons tubuh pasien. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pemeriksaan glukosa darah harian.
Merupakan obat yang disuntikkan secara subkutan, yaitu dilakukan pada lapisan lemak di bawah kulit.
Obat ini berguna untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan jumlah GLP-1 dalam darah. Terdapat 2 cara kerja GLP-1 RA, yaitu pendek dan panjang.
Kerja pendek membutuhkan waktu kurang dari 24 jam dengan pemberian suntikan GLP-1 RA sebanyak 2 kali dalam sehari. Sedangkan, kerja panjang membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga cukup diberikan 1 kali dalam 1 hari dan bahkan ada yang cukup diberikan 1 kali dalam 1 minggu.
Pengobatan Diabetes Melitus sangat ditentukan oleh kekonsistenan dari orangan dengan Diabetes Melitus. Obat Diabetes ini harus dikonsumsi secara rutin, sesuai dengan dosis yang diberikan kepada pasien. Dosis ini bersifat personalized. Artinya, kamu harus mengikuti petunjuk yang diberikan kepada sesuai arahan dokter.
Jika tidak patuh atau tidak rutin konsumsi obat ini, akan ada dampak yang bisa terjadi. Yang paling sering terjadi adalah hiperglikemia atau kondisi dimana kadar gula darah sangat tinggi. Dalam kondisi ini, seseorang bisa jatuh sampai tidak sadar.
Dampak lainnya adalah kerusakan microvascular atau pembuluh darah kecil pada organ-organ tubuh. Ini bisa mengakibatkan komplikasi pada mata, ginjal, jantung dan organ lainnya.
Diabetes merupakan penyakit metabolik kronik yang artinya kita bisa mengendalikan diabetes ini dengan konsumsi obat yang rutin untuk menjaga kadar gula darah tetap dalam batasan normal.
Lalu, apakah ada kemungkinan obat diabetes ditambah atau dikurangi dosisnya? Tentu. Pasien diabetes disarankan untuk kontrol rutin setiap 2-4 minggu sekali. Pada saat kontrol ini, orang dengan diabetes akan diperiksa gula darahnya, kemudian akan kembali diatur untuk pemberian jenis, dosis obat dan jalur pemberiannya.
Bisa saja dosis akan dikurangi, atau ditambah jika dinilai kadar gula tidak mengalami perubahan dengan pemberian obat tersebut.
Setiap 3-6 bulan sekali, orang dengan diabetes akan diperiksakan HbA1c. Ini merupakan pemeriksaan untuk melihat indeks glikemik kontrol jangka panjang. Evaluasi dokter juga akan dilakukan berdasarkan hasil ini.
Jenis obat diabetes sangat bervariasi. Dokter ahli endokrinologi yang akan memberikan keputusan dan rekomendasi kepadamu terkait obat diabetes yang paling cocok untukmu.
Obat diabetes bisa berdiri sendiri atau diberikan secara kombinasi. Hal paling penting adalah kontrol rutin untuk monitoring kadar gula sehingga dokter bisa melakukan adjustment dan keputusan yang terbaik terkait obat yang akan kamu gunakan.
Jika belum terkena diabetes, lakukan pola hidup yang tepat untuk cegah diabetes. Jika sudah mengalami diabetes, tetap lakukan anjuran gaya hidup yang dianjurkan untuk pasien diabetes dan pastikan kamu menggunakan obat dengan dosis yang tepat ya!
Untuk mendampingimu, nutrisionis bisa membantu untuk kamu bisa memperbaiki gaya hidupmu untuk kontrol diabetes yang tepat.
Klinik Sirka hadir untuk mengatasi masalah obesitas dan diabetes yang sedang kamu alami dan agar kamu bisa berkonsultasi secara offline. Klik tautan ini untuk informasi lebih lanjut tentang konsultasi dengan dokter di klinik Sirka ya!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…
View Comments
At the beginning, I was still puzzled. Since I read your article, I have been very impressed. It has provided a lot of innovative ideas for my thesis related to gate.io. Thank u. But I still have some doubts, can you help me? Thanks.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me? https://www.binance.com/uk-UA/register?ref=DB40ITMB
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me. https://accounts.binance.com/pl/register?ref=YY80CKRN
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!