Anak yang gemuk dianggap sebagai anak yang sehat dan menggemaskan, padahal bahaya obesitas pada anak sangatlah banyak.
Berbagai studi telah mengkonfirmasi bahaya obesitas pada anak, serta telah dibuktikan bahwa bahaya obesitas pada anak ini menyebabkan dampak yang berbahaya pada kesehatan fisik dan kesehatan psikologis.
Menurut sebuah publikasi di Journal of Family Medicine and Primary Care, obesitas pada anak telah mencapai level epidemi di seluruh dunia, terutama pada negara berkembang.
Anak yang mengalami obesitas, umumnya akan menderita obesitas juga pada masa dewasa. Kemudian, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes, stroke, penyakit jantung, serta gangguan sendi.
Bahaya obesitas pada anak yang pertama adalah rentan untuk menderita diabetes melitus tipe 2. Penumpukan lemak pada tubuh telah banyak dikaitkan dengan diabetes melitus tipe 2.
Diet yang buruk dapat menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi dan kolesterol. Kedua penyakit ini dapat menyebabkan lemak tertumpuk pada pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung serta stroke.
Bahaya obesitas pada anak berikutnya adalah berat badan berlebih dapat memberikan gaya ekstra pada lutut dan pinggul. Obesitas pada anak dapat menyebabkan cedera dan trauma pada berbagai sendi penopang tubuh.
Berdasarkan publikasi di atas, obesitas pada anak bukan hanya mungkin terjadi, namun telah mengalami kenaikan hingga level epidemi.
Bahaya obesitas pada anak juga yaitu dapat menyebabkan obesitas pada masa dewasa yang berkontribusi terhadap berbagai penyakit berbahaya.
Mengetahui bahaya obesitas pada anak, tidak semudah mengetahui obesitas pada dewasa.
Standar pengukuran status gizi antara orang dewasa dan anak dilihat dengan indikator yang berbeda. Jika pada orang dewasa melihat indeks massa tubuh, maka pada anak terdapat beberapa indikator penilaian yang dapat diukur.
Menurut Kementerian Kesehatan antropometri adalah sebuah metode yang menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan standar antropometri untuk mengetahui status gizi dan tren pertumbuhan anak.
Antropometri anak diukur dengan empat indikator yaitu:
Khusus untuk menilai obesitas pada anak, indikator penilaian yang penting untuk dinilai yaitu IMT/U.
Sebelum menghitung nilai IMT, anak harus ditimbang dan diukur panjang/tingginya menggunakan metode dan alat ukur yang valid.
Setelah berat badan dan panjang/tinggi badan diketahui maka selanjutnya perlu diketahui nilai IMT.
IMT (kg/m^2)= (Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Nilai IMT yang didapatkan dari hasil pengukuran selanjutnya perlu diterjemahkan menjadi nilai Z-score dengan mengacu pada Standar Antopometri Anak berdasarkan Kementerian Kesehatan.
Berikut adalah nilai ambang batas menurut IMT/U menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Indeks | Kategori Status Gizi | Ambang batas (Z-score) |
Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U) untuk anak usia 0-60 bulan | Gizi buruk | < – 3 SD |
Gizi kurang | – 3 SD sd < – 2 SD | |
Gizi baik | – 2 SD sd +1 SD | |
Berisiko gizi lebih | > + 1 SD sd + 2 SD | |
Gizi lebih | > + 2 SD sd + 3 SD | |
Obesitas | > + 3 SD | |
Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U) pada anak usia 5-18 tahun | Gizi buruk | < – 3 SD |
Gizi kurang | – 3 SD sd < – 2 SD | |
Gizi baik | – 2 SD sd +1 SD | |
Gizi lebih | > +1 SD sd + 2 SD | |
Obesitas | > + 2 SD |
Penghitungan dan pengkategorian status gizi anak hanya valid jika dilakukan oleh dokter, ahli gizi, atau tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi.
Bawa anak ke posyandu, puskesmas, atau dokter spesialis anak terdekat untuk mengetahui status gizi dan tren pertumbuhan anak.
Penyebab obesitas pada anak secara garis besar sama dengan penyebab obesitas pada dewasa.
Obesitas terjadi ketika masukan kalori lebih besar daripada keluaran kalori. Genetik juga salah satu faktor yang bisa berpengaruh pada kejadian obesitas.
Orang tua obesitas cenderung memiliki anak yang obesitas pula. Namun, faktor lain seperti kebiasaan makan, diet, dan faktor sosial budaya juga turut berpengaruh.
Obesitas tidak bisa disebabkan satu faktor saja (kecuali pada penyakit tertentu). Namun, merupakan interaksi kompleks antara faktor sosial, budaya, genetik, dan perilaku.
Bahaya obesitas pada anak bukan merupakan hal yang dapat diabaikan.
Mengatasi obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas pada dewasa. Anak masih dalam proses pertumbuhan dan membutuhkan zat gizi untuk tumbuh dengan sehat.
Mengatur diet pada anak obesitas harus dilakukan dengan hati-hati. Diet yang terlalu ketat dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
Konsultasikan pada dokter spesialis anak atau ahli gizi sebelum menerapkan diet pada anak.
Diet pada anak obesitas tidak boleh dilakukan sembarangan. Usia anak, kondisi kesehatan anak, serta kemauan anak itu sendiri harus diperhatikan.
Bahaya obesitas pada anak dapat dicegah.
Kementerian Kesehatan telah merilis beberapa tips untuk mencegah obesitas pada anak. Berikut adalah tips untuk mencegah obesitas pada anak:
Lakukan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. ASI dapat dilanjutkan hingga 6 bulan kedua.
Makanan pendamping ASI dapat diberikan pada usia 6 bulan.
Berikan ragam makanan yang bervariasi dan bergizi. Biarkan anak beraktivitas dan bergerak bebas.
Jangan biasakan makan sambil nonton televisi serta batasi gadget di rumah.
Ajak anak untuk aktivitas di luar ruangan. Biasakan makan makanan yang sehat, bergizi, dan seimbang.
Ajak anak untuk senang minum air putih dan batasi gula, garam, dan lemak dalam makanan.
Obesitas pada anak adalah masalah serius dan dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa depan.
Penyediaan makanan sehat pun adalah hal mutlak dalam pengaturan diet anak. Jika anak dibiasakan mengonsumsi makanan sehat, pola makan anak pun akan lebih terjaga saat usia dewasa.
Zaman sekarang, lebih mudah untuk mendapatkan makanan sehat. Membeli secara online bisa dijadikan opsi.
Investasi pada kesehatan dimulai sejak fase anak-anak. Anak yang sehat akan memiliki masa depan yang cerah.
Bahaya obesitas pada anak sangat bervariasi. Yuk, bersama cegah obesitas pada anak!
Klinik Sirka hadir untuk mengatasi masalah obesitas dan diabetes yang sedang kamu alami dan agar kamu bisa berkonsultasi secara offline. Klik tautan ini untuk informasi lebih lanjut tentang konsultasi dengan dokter di klinik Sirka ya!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…