Akhir-akhir ini kita kerap mendengar berita yang memuat tentang obat sirup menyebabkan gagal ginjal pada anak. Hal ini membuat panik orang tua yang seringkali membutuhkan dan menggunakan obat sirup pada pengobatan anak yang sedang sakit.
Angka kematian yang tinggi dari dugaan kasus obat sirup menyebabkan gagal ginjal ini juga membuat pemerintah dan lembaga terkait untuk terus melakukan pencarian serta penelitian terkait obat sirup ini.
Apa yang perlu kita ketahui dari obat sirup dan gagal ginjal akut pada anak ini? Simak artikel ini ya.
Beberapa waktu yang lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dan badan terkait membuat pernyataan kepada masyarakat tentang himbauan untuk sementara tidak menggunakan obat sirup dalam bentuk cair/sirup.
Apotek untuk sementara diinstruksikan untuk tidak menjual obat cair/sirup sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Himbauan ini terkait dengan ditemukannya peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tinggi pada anak, terutama pada anak usia dibawah 5 tahun.
Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan kasus hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak, dimana angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65%.
Sementara itu, beberapa laporan di dunia menunjukkan insidens yang bervariasi dengan angka kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia berkisar 25-80%.
Sebelum membahas seputar obat sirup menyebabkan gagal ginjal, kamu perlu terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan gagal ginjal akut.
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai penurunan pada fungsi filtrasi (penyaringan) oleh ginjal secara cepat dan tiba-tiba.
Seperti yang kita ketahui ginjal merupakan organ penyaring pada tubuh. Jika fungsi ini terganggu, racun atau zat yang seharusnya keluar dari tubuh menjadi tidak dapat dikeluarkan dan membahayakan tubuh.
Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum melalui pemeriksaan darah dan/atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urin.
Hal yang perlu diketahui adalah AKI bukan merupakan penyakit primer dan tidak mungkin terjadi tanpa penyakit atau penyebab lain yang mendasarinya.
Penyakit yang mendasari AKI sangat beragam dan berbeda antar kelompok usia anak-anak. Pada kelompok balita penyebab AKI di komunitas adalah gangguan hemodinamik misal akibat diare dengan dehidrasi, syok pada infeksi dengue, toksin pada obat dan kelainan kongenital ginjal dan saluran kemih yang berat.
Berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, sirup obat yang diduga mengandung cemaran EG dan DEG kemungkinan berasal dari 4 (empat) bahan tambahan yaitu propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol, yang bukan merupakan bahan yang berbahaya atau dilarang digunakan dalam pembuatan sirup obat.
Sesuai Farmakope dan standar baku nasional yang diakui, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari.
Etilen glikol digunakan sebagai pelarut, antimikroba (pengawet) dan desinfektan. Sementara dietilen glikol adalah gabungan 2 etilen glikol namun tingkat racunnya lebih rendah daripada etilen glikol.
Pada tubuh manusia, etilen glikol dimetabolisme dalam hati menjadi asam glikolat yang jika menumpuk di dalam darah membuat suasana darah menjadi asam (kondisi ini disebut asidosis metabolik), yang akan mengakibatkan mual dan sesak napas.
Asam glikolat ini kemudian akan diubah lagi menjadi kalsium oksalat. Nah, pada waktu yang lebih lama, kalsium oksalat ini akan membentuk kristal dan mengendap di ginjal menyebabkan kerusakan ginjal.
Berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, terdapat hasil sampling dan pengujian terhadap 39 bets dari 26 sirup obat sampai dengan 19 Oktober 2022, menunjukkan adanya kandungan cemaran EG yang melebihi ambang batas aman pada 5 (lima) produk berikut:
Akan tetapi yang perlu diingat adalah hasil uji cemaran EG tersebut belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan sirup obat tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut.
Selain penggunaan obat, masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19.
Sebagai orang tua isu obat sirup menyebabkan gagal ginjal akut pada anak ini tentunya sangat menjadi perhatian. Tetapi kamu bisa berobat ke dokter untuk mendapatkan obat yang digerus untuk menghindari penggunaan obat sirup.
Selain itu, informasi terbaru menyatakan bahwa BPOM telah merilis beberapa obat sirup yang tidak mengandung DEG dan EG. Sehingga ini, tentunya dapat dijadikan acuan untuk memilih obat sirup mana yang sebaiknya dikonsumsi.
Jangan ragu untuk melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter dan apoteker jika ingin memastikan informasi terkait penggunaan obat sirup yang digunakan.
Sebagai konsumen atau orang tua, kamu disarankan untuk tidak panik, tenang namun selalu waspada. Bila anak sakit, pastikan cukupi kebutuhan cairan tubuhnya dengan minum air.
Kamu bisa mengobservasi gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti ada diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali, perubahan warna pada urin (pekat atau kecoklatan).
Bila warna urin berubah dan volume urin berkurang, bahkan tidak ada urin selama 6-8 jam (saat siang hari), orang tua diminta segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, jangan ditunda atau mencari pengobatan sendiri.
Sebagai upaya pencegahan, orang tua tetap memastikan perilaku hidup bersih dan sehat tetap diterapkan, pastikan cuci tangan tetap diterapkan, makan makanan yang bergizi seimbang, tidak jajan sembarangan, minum air bersih dan pastikan imunisasi anak rutin dan lanjuti dilengkapi.
Sinergi dan kolaborasi dari seluruh pihak sedang dilakukan untuk mencegah agar penyakit ini tidak bertambah banyak.
Mari kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol, seperti memilih produk yang tepat, berkonsultasi kepada dokter atau apoteker terkait obat yang akan digunakan dan mencari kebenaran informasi yang beredar.
Satu hal yang sangat dianjurkan adalah mengonsumsi makanan sehat untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh sehingga terhindar dari sakit. Tetap semangat!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…
View Comments
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me? https://accounts.binance.com/pl/register-person?ref=WTOZ531Y
Your article gave me a lot of inspiration, I hope you can explain your point of view in more detail, because I have some doubts, thank you.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?