Sarcopenia adalah sebuah gejala dimana tubuh mengalami kehilangan massa otot dan kehilangan fungsi dari otot tersebut.
Pada dasarnya, sarcopenia merupakan gejala alami yang diakibatkan oleh proses penuaan dan gejalanya bisa makin parah akibat dari beberapa faktor seperti gaya hidup sedentari dan asupan gizi seseorang.
Mulanya, gejala sarcopenia diperkirakan baru muncul ketika sudah memasuki usia senja atau 60 tahun ke atas, tapi setelah penelitian lebih lanjut dilakukan ternyata gejala sarcopenia sudah bisa dirasakan bahkan di usia 30 tahun.
Kondisi penurunan fungsi dan massa otot bisa berakibat pada meningkatnya risiko terjadi fraktur (patahan) pada tulang karena tidak ada otot yang melindungi.
Karena fraktur ini, kemungkinan cedera berulang dan orang menjadi cacat meningkat secara signifikan yang mengakibatkan menghilangnya kemampuan orang untuk beraktivitas mandiri.
Sering kita dengar di kalangan lansia yang terjatuh (biasanya saat di kamar mandi), tapi setelah itu, keluhannya menjalar ke keluhan kesehatan lain.
Selain itu, risiko untuk dirawat dirumah sakit 2 kali lebih besar dan risiko kematian meningkat hingga lebih dari 40% pada orang dengan sarcopenia daripada yang tidak.
Prevalensi sarcopenia dibagi berdasarkan kelompok umur yaitu :
Dari mulai baru lahir hingga ke usia 30 tahun, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan otot yang mendukung aktivitasnya. Akan tetapi pertumbuhan itu mulai melambat dan berkurang ketika memasuki usia 30 tahun.
Normalnya, massa otot seseorang berkurang 1-2% per tahun, tapi bisa lebih parah jika orang tersebut tidak aktif bergerak,yaitu 3-5% per tahunnya.
Berkurangnya massa otot ini berpengaruh langsung pada kinerja gerak tubuh. Otot yang berkurang baik dari segi kualitas dan kuantitasnya dapat mengubah struktur gerak secara keseluruhan.
Berikut adalah 3 faktor yang yang mempengaruhi perkembangan sarcopenia pada tubuh seseorang, antara lain :
Di beberapa kasus, sarcopenia berkembang menjadi sarcopenia dysphagia yang menyebabkan kehilangan kemampuan menelan, sehingga penderitanya sering tersedak, terganggunya jalan nafas yang berujung pada dehidrasi dan malnutrisi.
Keadaan ini bisa diperparah jika penderitanya memiliki masalah obesitas yang menjadikan penderitanya mengalami penurunan kualitas hidup yang rendah, lebih lama dirawat di rumah sakit, masalah jantung dan risiko kematian yang lebih tinggi lagi.
Berikut adalah gejala yang dirasakan jika seseorang menderita sarcopenia:
Untuk mengetes sarcopenia (sarcopenia diagnosis), ada beberapa metode yang dibagi untuk setiap kategorinya :
Tes ini berupa angket yang memuat komponen SARCF, yaitu:
Tes kekuatan otot : Tes kekuatan genggaman dan kecepatan untuk bangkit dari kursi, lalu berjalan sejauh 3 meter dan kembali lagi ( Timed-up and go test atau TUG)
Tes untuk mengukur massa otot dengan menggunakan dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA) untuk melihat kepadatan tulang, massa lemak dan massa otot.
Cara lainnya adalah dengan bioelectrical impedance analysis (BIA) yang lebih terjangkau untuk mengukur hubungan massa lemak terhadap massa tubuh bebas lemak.
Dikarenakan sarcopenia adalah proses alami yang diakibatkan faktor penuaan, hingga saat ini sarcopenia belum ada obatnya.
Meskipun begitu, gejalanya bisa dicegah dengan langkah sebagai berikut :
Gizi seimbang dan asupan protein yang memadai dapat mengurangi penurunan otot dengan menyediakan elemen zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan otot.
Orang yang rutin beraktivitas fisik membuat otot bekerja lebih banyak dan memaksimalkan penyerapan protein pada otot. Proses ini bisa mengembalikan massa otot yang hilang akibat sarcopenia.
Jadi, untuk kamu yang belum memulai hidup sehat dengan asupan gizi yang baik dan aktivitas fisik, yuk dimulai dari sekarang!
Jangan menunggu gejala sarcopenia hadir untuk memulai perubahan hidupmu.
Ahli gizi Sirka bisa mendampingimu untuk menerapkan pola makan yang baik untuk kesehatanmu, sehingga sarcopenia bisa dicegah. Yuk ikuti programnya disini!
Konsultasi Diabetes - Kapan dan ke Dokter Apa? Konsultasi diabetes adalah salah satu langkah penting…
Apakah Ada Jus untuk Menurunkan Gula Darah? Simak Faktanya! Mengonsumsi jus merupakan salah satu pilihan…
Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Jengkol? Jengkol merupakan salah satu makanan yang populer di Indonesia…
Modafinil - Obat Stimulan yang Dapat Menurunkan Berat Badan? Modafinil adalah obat yang menstimulasi sistem…
Desvenlafaxine - Obat Depresi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Desvenlafaxine adalah obat antidepresan untuk mengobati…
Loratadine - Obat Anti Alergi yang bisa Menurunkan Berat Badan? Loratadine mampu meredakan gejala pada…
View Comments
Reading your article has greatly helped me, and I agree with you. But I still have some questions. Can you help me? I will pay attention to your answer. thank you.
Reading your article helped me a lot and I agree with you. But I still have some doubts, can you clarify for me? I'll keep an eye out for your answers.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?